Putin: ISIS Diciptakan Amerika untuk Menggulingkan Pemerintah Suriah dan Irak Sekutu Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin pada wawancara khusus tahun 2016 lalu pernah ditanya oleh sutradara film terkemuka Hollywood Oliver Stone, “Di antara dua calon presiden Amerika Serikat, mana lebih Anda sukai?”

Putin menolak menjawab pertanyaan Stone, “Saya tidak bersedia menjawab pertanyaan Anda”.

“Mengapa? Masak dari kedua capres Amerika, Anda tidak bisa memutuskan mana lebih baik menurut penilaian Anda?” cecar Stone mengejar jawaban.

Mantan agen KGB itu menatap mata Stone. Dengan mimik serius Putin berkata: “Tahukah Anda, jika saya menjawab lebih suka kepada capres tertentu, saya jamin capres yang saya suka pasti kalah dalam pilpres!”

Oliver Stone ternganga, tidak menyangka begitu besar pengaruh sebuah penilaian yang disampaikan terbuka dari presiden Rusia terhadap sosok capres Amerika. Penilaian seorang Putin akan sangat mempengaruhi hasil pemilihan Amerika!

“Sampai begitukah pengaruhnya Mr. Presiden?” tanya Stone setengah tidak percaya.

Demi memuaskan tamu istimewanya, Putin menjelaskan panjang lebar mengenai posisi Rusia di mata pemerintah dan rakyat Amerika Serikat.

“Selama hampir 50 tahun Uni Soviet (sekarang Rusia) dianggap sebagai musuh terbesar, paling menakutkan bagi Amerika. Setelah Uni Soviet bubar (1990), perang dingin berakhir, blok komunis eropa timur dan Pakta Warsasa dibubarkan, nuklir Rusia tidak lagi jadi mimpi buruk rakyat Amerika, namun pemerintah, birokrat dan politisi Amerika tidak pernah siap untuk berubah sesuai perkembangan jaman: Rusia tetap dianggap musuh dan ancaman terbesar oleh Amerika. Sehingga kesukaan saya kepada salah seorang kandidat akan berimplikasi buruk terhadap kandidat tersebut. Karena saya dan Rusia tidak pernah berniat mengintervensi pilpres Amerika, kami menahan diri”.

“Mengapa hal ini bisa terjadi?” Stone memotong penjelasan Putin.

“Bisa tanyakan sendiri kepada negara Anda, tapi menurut saya, Amerika memiliki karakter atau budaya politik gemar menuding pihak lain sebagai musuh tanpa dasar. Banyak kebijakan Amerika menurut saya tidak masuk akal. Saya tidak tahu apakah rakyat Amerika menyadarinya atau tidak”.

“Contohnya apa?” Stone semakin penasaran

“Pakta Warsawa (perjanjian pertahanan negara-negara Eropa Timur yang bergabung dalam Blok Komunis Soviet) sudah dibubarkan sejak 1990. Mengapa Amerika Serikat masih mempertahankan, bahkan memperluas NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara)? Padahal NATO dibentuk sebagai respon Amerika terhadap lahirnya Pakta Warsawa dan menempatkan Uni Soviet sebagai musuh atau ancaman yang harus diantisipasi NATO. Soviet Bubar, Pakta Warsawa bubar, mengapa NATO masih ada sampai hari ini? Siapa musuh NATO sekarang? Apa urgensi dan relevansi eksistensi NATO hari ini?”

“Ok. Saya paham. Apa lagi? kejar Stone.

“Afganistan. Amerika memusuhi Soviet yang dituding telah menginvansi Afganistan. Soviet babak belur di sana dan perang di Afganistan selama belasan tahun itu penyebab utama kebangkrutan ekonomi Uni Soviet. Afganistan adalah kebodohan yang tak akan diulangi Rusia. Kita semua sepakat tentang Afganistan. Maka sungguh mengherankan dan mengejutkan Rusia dan juga seluruh dunia ketika Amerika malah masuk ke Afganistan, mengobarkan perang di sana setelah Soviet keluar dari negara itu lebih dua puluh tahun lalu. Dunia tidak paham apa maunya Amerika,” kata Putin sembari tersenyum penuh arti.

Oliver Stone berargumentasi bahwa invasi Amerika di Afganistan dalam bingkai penunpasan dalang aksi teror 11/9/2011.

“Kami memburu Osama Bin Laden, pemimpin teroris-musuh terbesar AS. Ok. Sekarang saya ingin tahu bagaimana pandangan Anda terhadap terorisme Islam atau jihadis dan ISIS yang menghantui dunia saat ini. Bagaimana Rusia menghadapi teroris dan Islam Radikal, terutama di dalam negeri?”

Tawa Putin meledak mendengar pertanyaan Stone. “Saya tanya kepada Anda, siapa memberi stigma kepada Islam sebagai kelompok radikal dan menempatkan Islam sebagai musuh? Kapan dimulai terorisme global dikaitkan dengan Islam? Di mana pertama aksi itu terjadi? Sikap Rusia tegas – jelas: tidak pernah menganggap terorisme Islam eksis. Itu tuduhan sepihak Amerika. Setelah Komunisme hilang, Amerika membutuhkan musuh baru yang dapat diantar langsung ke seluruh rumah tangga Amerika,” ujar Putin.

“Jadi Anda tidak mengkhawatirkan aksi teror dan gerakan Islam radikal, seperti Chechnya yang melakukan pemberontakan di Rusia?” Stone mendebat Putin.

Seperti menjelaskan kepada murid di sekolah dasar, Putin dengan sabar dan perlahan, menggunakan bahasa sederhana agar mudah dipahami Stone.

“Chechnya jangan dianggap sebagai terorisme, itu adalah separatisme. Jelas bedanya. Tidak ada tuduhan aksi separatisme Chehnya sebagai pemberontakan atau terorisme Islam,” papar Putin.

Mengenai Islam di Rusia, sebagai agama dianut lebih 30 juta rakyat Rusia, Islam – umat Islam Rusia tidak pernah menjadi masalah bagi Pemerintah. Mereka semua sebagaimana warga negara Rusia adalah para patriot. Seperti Putin, rakyat Rusia khususnya muslim Rusia menganggap tudingan AS terhadap Islam sebagai kelompok radikal, teroris dan dijadikan musuh oleh Amerika adalah semata-mata hanya untuk komoditi politik dan kepentingan para politisi AS.

“Berdasarkan pengalaman saya, Presiden Amerika sangat gemar menciptakan hantu dan musuh agar posisi presiden Amerika dianggap penting,” kelakar Putin.

Kepada Oliver Stone, Vladimir Putin mengungkap terus terang kejengkelannya pada intervensi Amerika di negara-negara bekas Uni Soviet. Georgia, misalnya, negara bekas Uni Soviet itu disebut Putin telah dirusak oleh Amerika dengan memaksakan demokrasi liberal di sana, yang hampir meletuskan perang saudara.

 

ISIS Ciptaan Amerika untuk Kepentingan Amerika

Mengenai ISIS, Vladimir Putin blak-blakan menuding rakyat Amerika sebagai orang yang tidak gemar membaca dan mencari tahu tentang segala sesuatu, telah dibohongi mentah-mentah oleh pemerintahnya sendiri.

Rakyat Amerika dimanjakan dengan segala sesuatu yang siap saji seperti Burger dari McDonnal. Padahal sudah ada pengakuan terbuka dan keterangan Hillary Clinton tahun lalu (2015) mengenai kegiatan rahasia Pemerintah Amerika yang merekrut, melatih, mempersenjatai dan mendanai kelompok Islam radikal di Suriah dan Irak, yang kemudian kita kenal dengan nama ISIS.

Kelompok perlawanan bersenjata di Irak-Suriah ini diciptakan untuk kepentingan Amerika Serikat di Irak – Suriah. Ketika ISIS semakin membesar dan tidak terkendali, Amerika Serikat pura-pura lepas tangan dan menciptakan opini dunia seolah-olah ISIS adalah musuh AS.

“Clinton sudah mengaku ISIS sebagai ciptaan Amerika untuk memperkuat perlawanan bersenjata terhadap rezim Assad di Suriah. Mengapa sekarang opini dunia dibalik oleh AS dengan menjadikan ISIS seolah-olah bukan sekutu melainkan musuh AS?” Putin melontarkan pertanyaan serius kepada Oliver Stone yang mendadak merasa sekujur tubuhnya diserang gatal hebat.

Seakan tidak puas melihat Stone yang sedang tersiksa batin, Putin menunjukan setumpuk berkas dokumen salinan dari berita berbagai media terkemuka dunia yang memuat pengakuan Amerika dan Israel sebagai pemasok senjata dan dana kepada ISIS, untuk menjatuhkan pemerintah Suriah dan Irak yang didukung Rusia.

Di Suriah: ISIS berperang untuk menggulingkan rezim Assad yang didukung Rusia dan Iran (juga Turki).

Di Irak: ISIS berperang melawan pemerintahan Haider Al Abadi yang beraliran Syiah, sekutu utama Rusia, Iran dan Turki.

ISIS diciptakan Amerika Serikat pada masa pemerintahan Obama, Israel dan Inggris untuk menggulingkan Rezim Assad di Suriah dan Pemerintah Mayoritas Syiah di Irak.

“Motif dan kepentingan Amerika sangat jelas dalam menciptakan ISIS sebagai kelompok perlawanan bersenjata. Amerika tidak ingin kehilangan pengaruh di Irak – Suriah, di mana kedua negara ini adalah sekutu utama Rusia di Timur Tengah,” jelas Putin kepada Oliver Stone.

“Jadi ISIS itu Amerika Serikat,” tanya Stone
“Ya !” tegas Putin.

Putin menyampaikan banyak bukti bahwa Amerika Serikat dan Israel berada di belakang ISIS. Persenjataan ISIS dipasok AS, pendanaan ISIS dikucurkan AS dan Israel. Bahkan, beberapa kali terungkap, Pasukan AS dan Inggris secara diam-diam membebaskan pasukan ISIS yang menjadi tahanan koalisi Sekutu.

Baru-baru ini Kantor Berita Inggris, BBC mengungkap kesepakatan rahasia AS – Inggris – ISIS, di mana AS-Inggris telah membebaskan ribuan milisi ISIS dan keluarganya keluar dari Raqqa, Ibukota ISIS di Suriah.

Pasukan koalisi Pimpinan AS dan Inggris menguasai kota Raqqa, Suriah, sebelum kemudian Raqqa diserahkan oleh AS dan Inggris kepada Pasukan Kurdi.

“Total sekitar 2000 pasukan ISIS dengan secara sengaja dibebaskan Pasukan Koalisi AS-Inggris dan dibantu melarikan diri keluar dari Raqqa, Suriah menuju ke Turki, Afganistan dan Asia Tengah. Nanti jika terjadi aksi terorisme di berbagai belahan dunia yang dilakukan kelompok ISIS, kita dapat menuntut jawaban atas keterlibatan Amerika dan Inggris ” tegas Putin.

Olivers Stone, sutradara papan atas Hollywood terpana mendengar penjelasan panjang lebar Vladimir Putin. “Mr Presiden, penjelasan Anda masuk akal dan dapat diterima. Namun, penjelasan ini berbeda terbalik dengan opini yang berkembang di dunia.”

“Ya. Anda benar. Selama Amerika masih menjadi pengendali tunggal opini dunia, maka mudah bagi Amerika memutarbalikan fakta. Menurut saya, ketimpangan opini tidak semata-mata merupakan masalah bagi dunia, melainkan lebih merupakan masalah besar bagi rakyat Amerika. Sudah saatnya rakyat Amerika menuntut pemerintahnya untuk lebih jujur dan transparan,” kata Putin diakhir sesi wawancara.